Page 72 - Semarang Travel Guidebook
P. 72

Living Cu ure






































        Bentuk  sik Warak Ngendog sendiri memiliki  Dugderan adalah tradisi  yang muncul
        berbagai intepretasi; ada yang digambarkan  karena  kebiasaan  masyarakat  dalam
        seperti kambing, kuda, kerbau, ataupun  menyambut datangnya bulan Ramadhan.
        barongsai.  Sementara kepalanya  terkadang  Dugderan terlepas dari nilai  loso s dan
        menyerupai  kepala naga  jawa, naga  cina,  historis muncul dari kebiasaan adanya pasar
        kambing, atau kuda. Dengan bulu yang  “tumpah”    dan   pasar  malam    yang
        acak-acakan atau keriting dan terkadang  berlangsung pada event/acara tertentu,
        lurus dalam aneka warna. Saat ini  Warak  dalam hal ini adalah bulan puasa/Ramad-
        Ngendog menjadi icon upacara  tradisi  han. Dugderan selama ini menjadi magnet
        Dhugdheran.                            wisata musiman dengan berbagai acara,
        Warak adalah mainan anak-anak yang  seperti karnaval seni budaya, promosi
        dimainkan dengan cara ditarik dan sering  produk UKM, pentas seni  dari 16 kecamatan,
        dijual di Pasar Dugderan dengan kepala  dan pasar rakyat. Pada  acara puncak,
        yang mentul-mentul dan warna-warni yang  masyarakat pun dipastikan akan memadati
        menarik bagi anak. Adapaun makna  loso s  sepanjang rute yang dilintasi pawai karnaval
        warak sebenarnya merupakan cerita rakyat  mulai  dari  Balai  Kota  Sematang,  Jalan
        yang dimitoskan.                       Pemuda,  Jalan  Imam  Bonjol,  Masjid  Agung
                                               Kauman Semarang, hingga Masjid Agung
                                               Jawa Tengah (MAJT).





      72
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77